Oral Sensory
Development
Adalah hal mendasar untuk melihat pengaruh dari
perkembangan sensori di dalam dan di sekitar mulut pada kemampuan
oral-motor. Bayi baru lahir mengenali
kehidupan di luar rahim ibunya melalui mulut. Ia menggunakan kemampuan non-nutritive sucking untuk mengatur,
menenangkan dan mengorganisasi tubuhnya.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi, menjaga suhu tubuh agar tetap hangat dan pemenuhan
akan kebutuhan rasa aman, didapatkan bayi melalui proses pemberian makan. Pada
usia sekitar 4 bulan, bayi mengembangkan “nafsu makan” yang berlebihan untuk
memenuhi kebutuhan stimulasi pada mulutnya. Ia menggunakan tangan, kaki,
makanan, baju dan mainan ke mulutnya untuk melakukan eksplorasi dengan
ketertarikan yang tinggi. Gigi pada umumnya erupsi pada usia 6 bulan, dan hal
ini mengakibatkan kemampuan feedback
sensori lebih lanjut/berkembang juga menimbulkan keinginan untuk menghilangkan
rasa tidak nyaman atau sakit yang ditimbulkan dari proses erupsi gigi. Ketika
keseimbangan duduk bayi sudah lebih baik ia menjadi mampu menggerakkan
tangannya dengan gerakan yang lebih presisi saat melakukan eksplorasi objek;
pada saat ini bayi mengalami perkembangan dari “generalized mouthing” menjadi “discriminative
mouthing” (Morris & Dunn Klein,
2000).
Sensory
Processing
Kemampuan sensasi bisa dipengaruhi oleh kerusakan pusat
sensori di korteks otak atau sebagai hasil dari abnormalitas tonus otot dan
abnormalitas pergerakan yang mengakibatkan terganggunya feedback sensori dan
feedforward sensori.Banyak sekali anak yang mengalami EDD (Eating and Drinking Difficulties) menunjukkan gejala gangguan sensori pada mulutnya; bisa masalah motorik, sensorik atau motorik-sensorik. Derajat gangguan bisa sangat spesifik masalah sensorik hanya pada area mulutnya saja atau gangguan proses sensori yang lebih luas lagi.
The term ‘sensory integration’ describes the brain’s
ability to interpret and organize information from the senses on an automatic
level for use in a goal directed activity (Ayres, 1979).
1.
Vestibular sensory information
(balance and equilibrium)
System vestibular
menerima informasi yang berhubungan dengan gaya gravitasi tubuh pada pusat
titik berat tubuh (CoG = Central of Gravity). System ini memberitahu kita kapan
dan kemana arah tubuh ini akan jatuh atau bergerak, seberapa cepat gerakan yang
dihasilkan, bagaimana ritme gerakannya, apa gerakan berikutnya dan kapan harus
berhenti. Dan ini memungkinkan kita untuk mengembangkan a sense of place in space. 2. Proprioceptive sensory information (inner muscle and joint awareness)
Proprioseptik menggambarkan penggunaan informasi dari otot dan sendi untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang posisi tubuh dan pergerakan setiap bagian tubuh (Levitt, 1995). Juga termasuk kemampuan untuk mendeteksi sensasi kental/encernya cairan di dalam mulut, atau berat/ringannya sebuah benda. Menjaga posisi tubuh tetap berdiri atau berbaring juga melibatkan kemampuan proprioseptik. Salah satu indikasi disfungsi proses proprioseptif adalah rigiditas postur tubuh, teeth grinding, dan sering jatuh karena anak tidak mampu menjaga postur tubuhnya (Barnes, 2001).
3. Tactile sensory information (touch)
Sentuhan termasuk didalamnya merasakan suhu, tekstur, sakit, getaran dan tekanan. Kemampuan membedakan air dingin, hangat dan air panas, atau kain yang kasar dengan kain Kashmir, makanan lunak dengan krispi, dst. Air dingin membantu kita untuk alert, dan coklat hangat membantu kita untuk calming.
Kemampuan taktil meliputi informasi dan proteksi. Aspek informasi sentuhan berfungsi untuk eksplorasi dan pembelajaran. Reaksi proteksi membuat seseorang memutuskan untuk menyerang atau bertahan. Seorang anak mungkin menunjukkan perilaku negative dalam upaya untuk antisipasi terhadap stimulasi yang tidak menyenangkan baginya.
4. Gustatory sensory information (taste)
Kemampuan rasa (taste) kita menerima dan menerjemahkan rasa manis, asam, pahit dan asin. Dalam perkembangan yang normal, pahit termasuk rasa yang sulit diterima (Harris, 2000). Adalah penting untuk mengeksplorasi dampak rasa pada anak yang mempunyai EDD sehingga bisa digunakan sebagai acuan pada proses terapi.
5. Olfactory sensory information (smell)
Smell (kemampuan menghidu bau/aroma) merupakan aspek yang penting untuk meningkatkan pengalaman merasakan ke-empat rasa dasar. Kemampuan untuk merasakan (taste) akan sangat berkurang ketika hidung tersumbat akibat flu. Smell merupakan kemampuan sensasi primitif. Yang sangat berpengaruh dan bisa secara cepat membangkitkan pengalaman masa lalu, baik negatif maupun positif. Sangat penting bagi keluarga atau lingkungan untuk mengetahui respon anak terhadap bau yang spesifik agar tidak menimbulkan reaksi yang tidak diharapkan.
6. Visual sensory information (sight)
Warna dan bentuk bisa menarik perhatian. Dan ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ketertarikan pada makanan, perkakas, dll. Beberapa warna, bentuk dan pola bisa meningkatkan kewaspadaan, seperti pola zigzag berwarna-warni, dimana yang lainnya, seperti pola ombak biru yang lembut bisa menenangkan.
Tolong ganti fotonya karena ini foto anak saya.... tolong pastikan pemilik foto tau bila fotonya di jadikan cover dan sejenisnya. Tadi ponakan saya sekarang anak saya... tolong kreasi pribadi lebih baik.... TOLONG DI GANTI FOTONYA
BalasHapusUntuk Foto sudah kami ganti..
HapusMohon maaf sebelumnya..
Regrads