Kamis, 15 November 2012

ANAK BERBAKAT NAMUN MEMILIKI MASALAH BERBICARA ?

Satu hal yang menarik diutarakan oleh seorang Mommy yang mempunyai anak yang bermasalah dengan kemampuan berbicaranya, namun setelah ditelusuri ternyata sang anak tercinta memiliki intelejensia yang sangat tinggi. Menurut sang Mommy, sampai saat ini kajiannya belum ada, jadi anak- anak late talker yang ternyata kelaknya diperkirakan akan berkembang dan bicara tanpa bantuan terapi namun ternyata mengalami learning disabilities, tidak terlacak sejak awal. Banyak kasus saat ini, anak ternyata sudah cerewet tetapi jika diajak bicara sulit menjawab. Dalam pelajaran matematika baik, tetapi kesulitan dalam pelajaran bahasa. Dalam pelajaran dengan menggunakan analisis baik, tetapi sulit dalam pelajaran menghapal.
Kajian untuk kelompok anak seperti ini di Indonesia belum ada. Tapi kelompok pemerhatinya sudah banyak. Indonesia agak ketinggalan memang, sayang sekali. Padahal kelompok anak yang late
talker, semuanya oke termasuk inteligensianya, namun tetap termasuk juga sebagai kelompok anak berresiko. Resikonya (tergantung dari perkembangannya) adalah kelak akan mengalami learning
disabilities (gangguan belajar) perkembangan sosial khusus (lebih introvert), atau kesulitan lainnya selama di sekolah, kerja tim, dan bermain.
Keterlambatan bicara dengan inteligensia normal sampai tinggi, bisa ditelusuri dalam bahasan Centrum Auditory Processing Disorder (CAPD) bagian dari otologi-neurologi, ataupun THT. Di berbagai Universitas di Indonesia belum ada yang sanggup melakukan deteksinya. Karena CAPD ini juga mempunyai spektrum mulai dari ringan sampai berat. Tetapi penelitiannya di berbagai negara sudah mulai banyak, bahkan beberapa negara sudah punya pusat kajiannya. Bagaimana terapi dan stimulasinya juga sudah mulai banyak dibicarakan. Mailing listnya juga sudah mulai banyak.
Mommy dengan anak berbakat ini menyampaikan, bahwa anak tercintanya. sampai umur satu setengah tahun bisa berbicara banyak, bisa berhitung, bisa bernyanyi macam-macam… namun lama-lama bukannya malah berkembang tapi malah mundur, baru berbicara lagi mulai umur 3 dan baru bisa berkomunikasi dua arah umur 5 tahun. Pernah mengikuti speech terapi mulai umur 5,5 selama dua tahun. Sekalipun bisa komunikasi tapi toh ada gangguan dalam kemampuan ekspresi verbalnya.
Di dalam kelompok seperti anak berbakat ini banyak yang harus menerima speech terapy, dan mengalami gangguan belajar yang disebabkan karena kemampuan pengertian bacaan tidak memadai.Meskipun mempunyai inteligensia normal sampai tinggi, tetapi mengalami kelainan perkembangan komunikasi (communication development disorder) . Penyebabnya bukan karena kurang stimulasi lingkungan, bukan karena pendengaran terganggu, bukan karena oral motornya terganggu, tetapi gangguan proses informasi di bagian otak yang mengatur pengolahan informasi dan bentuk gangguan komunikasi ekspresif.
Berbicara dalam Kongres autisme yang diadakan oleh IDAI/IDAJI/PERDOSI dua tahun lalu , sang Mommy melakukan pertemuan- pertemuan dengan para orang tua late talker. Ada 4 (empat) anak anak
yang semula mulai bicara tetapi ternyata perkembangannya tidak ada. Mereka didiagnosa dengan autisme. Ternyata waktu di atas umur 5 tahun mereka keluar dari kriteria autisme, tetapi tetap tidak bisa bicara. Mereka dinyatakan Afasia (tidak bisa bicara) dan kemampuan bicaranya sulit sekali, kosa kata tidak berkembang, cenderung jika dalam bahasa Indonesianya dikategorikan sebagai gagu.
Karena perkembangan seorang anak sulit kita ramal kedepannya. Saran dari Mommy ini adalah untuk selalu siap memperhatikan, siap mendukung dan menstimulasi diri anak agar perkembangannya tidak melenceng jauh. Ada anak yang mempunyai perkembangan diri yang lambat, ada yang normal, ada justru sangat cepat. Ada yang simultan secara harmonis berkembang secara bersamaan, ada yang
satu aspek perkembangan maju cepat tetapi aspek lain tertinggal.

BAGAIMANA CARA MENGETAHUI SPEECH DELAY PADA ANAK?

Dari sebuah artikel dari American Association of Family Physician yang dikirimkan oleh seorang Mommy, yang dapat dilihat aslinya pada
http://www.aafp.org/afp/990600ap/990600d.html/Speech,
Kita dapat melihat apakah anak kita sudah dapat melakukan hal-hal sbb:
  1. Mengucapkan perulangan suku kata antara umur 12-15 bulan.
  2. Mengerti kata-kata sederhana ( seperti “tidak” dan “stop”) setelah mencapai umur sekitar 18 bulan
  3. Berbicara dengan kalimat pendek setelah mencapai umur sekitar 3 tahun.
  4. Bercerita mengenai cerita sederhana saat berumur antara 4-5 tahun.
Penyebab timbulnya speech delay pada anak:
  1. Kehilangan pendengaran
  2. Kelambatan perkembangan anak
  3. Mental Retardasi
  4. Penyebab lainnya, a.l: bilingual (memakai 2 bahasa utama di dalam rumah), terlantar secara psikologis (anak tidak mendapatkan cukup waktu untuk berbicara dengan orang dewasa), anak kembar, autis (masalah pada otak), anak tidak mau berbicara, CP/cerebral palsy (kelainan dalam pergerakan tubuh karena kerusakan otak)
Dokter memeriksa kemampuan anak dalam berbicara dan juga memeriksa perkembangan mental anak. Anak juga akan mendapat tes pendengaran untuk memastikan apakah anak mempunyai masalah dengan pendengaran atau tidak. Menurut artikel ini, bila anak ternyata didiagnose dengan speech delay, dokter akan memberikan pengobatan disesuaikan dengan penyebabnya.Kadangkala ada anak yang tidak memerlukan pengobatan, karena beberapa anak hanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mulai berbicara.
Dokter akan menjelaskan penyebab dari speech delay anak, dan menjelaskan cara-cara pengobatan yang dapat memperbaikinya. Seorang speech dan language patologis akan membantu di dalam
perencanaan pengobatan. Ia juga dapat memperlihatkan cara bagaimana membuat anak berbicara lebih banyak dan lebih baik.

Ahli medis lain yang dapat membantu a.l:
audiologis (dokter pendengaran), psikolog (specialis dalam masalah sikap/behavior), okupasional therapis (akan mengajarkan cara mendengar dan membaca bibir ) dan pekerja sosial (membantu masalah keluarga). Dokter keluarga akan merefer kepada ahli yang diperlukan.
Diskusi kemudian berkembang kepada cara-cara menstimulasi anak agar lancar berbicara. Mommies yang menyumbangkan saran baik dari sudut psikologis, kedokteran, maupun sebagai orang tua dari
anak yang mempunyai masalah yang hampir serupa, menyarankan hal-hal sebagai berikut :
  1. Mengetahui apa itu speech delayed (SD) = bandingkan dengan tahapan perkembangan dari ahli (nanti akan dimuat di web infoterapi) atau bandingkan dgn anak seusianya.
  2. SD bisa merupakan indikasi gangguan yang lebih serius: autism spectrum disorder (ASD), keterbelakangan mental, gangguan belajar, dsb. Tetapi bisa juga benar-benar cuma developmental delayed atau keterlambatan perkembangan anak.
  3. Anak SD perlu STIMULASI. Stimulasi bisa diperoleh dari tempat terapi atau dilakukan di rumah. Lebih ideal lagi bila dilakukan keduanya. ENGAGEMENT (keterlibatan emosi, interaksi) adalah hal yang perlu dijalin pertama kali. (Berbeda dengan sistem terapi lama yang menekankan pada kepatuhan). Stimulasi di tempat terapi saja tidak cukup (2-3 jam seminggu). Namun, terapi di rumah saja juga ada kekurangannya orang tua perlu mengetahui cara-cara mendekati anak, materi kurikulum, sarana/alat terapi, dll. Idealnya kedua cara tersebut digabung. Orang tua harus hadir saat terapi (Singapura mewajibkan hadir oang tua saat terapi, tanpa kehadiran orang tua tak ada terapi).Terapi wicara sebenarnya adalah latihan oral motor (bibir, rahang, dsb) di Indonesia masih bercampur antara terapi wicara dengan isi ABA, dan terapi okupasi. Sehingga masih diperlukan supervisi dari
  4. Berbicara tidak sama dengan komunikasi. Cobalah cek apakah anak dapat menceritakan kembali pengalaman yang dilaluinya. Apakah anak dapat mengerti bila dibacakan cerita dan dapat menceritakan kembali dengan bahasa yang sederhana? Bila anak dapat melakukan semua itu, berarti tidak ada masalah dalam pengertian dan kemampuan bicara anak.
orang ke tiga yang akan memantau kemajuan terapi.

ANAK SUDAH 3 TAHUN BELUM BISA BICARA

Banyak sekali Mommies baik yang berdomisili di dalam maupun di luar negeri yang berusaha agar anak- anak mereka jangan sampai telat kemampuannya dalam berbicara. Rupanya, penggunaan bahasa kedua di luar bahasa Ibu yang semakin membudaya, seiring dengan banyaknya TBA atau play-group yang mengajarkan bahasa Inggris di Ibukota dan sekitarnya, menambah rasa  ingin tahu para Mommies mengenai Speech Delay.
Sementara bagi Mommies yang berdomisili di luar negeri masalah ini menjadi tantangan utama karena bahasa yang dipakai di dalam rumah, dengan bahasa di luar rumah dan televisi berbeda, sehingga seringkali anak-anak memerlukan waktu hingga dapat berbicara secara lancar dalam masing-masing bahasa.
Seorang Mommy yang mempunyai anak berumur 22 bulan, mengeluh karena sampai seumur ini baru bisa berbicara satu dua tiga patah kata. Mommyyang sudah khawatir sejak lama, sudah memeriksakan anak tercinta ke berbagai dokter dan klinik di Jakarta. Dari Klinik Tumbuh Kembang di RS Bunda, Play-Art Gymboree, Klinik TUmbuh Kembang THT Proklamasi, Speech Therapy Kemang, Klinik Tumbuh Kembang RS Pondok Indah, kesemuanya memberikan komentar yang berbeda. Meskipun DSAnya menyatakan bahwa keseluruhan evaluasi anak baik, sang Mommy masih merasa khawatir. Speech therapisnya hanya mengatakan bahwa sang anak memerlukan latihan dan stimulasi. Sedangkan seorang dokter di RS PI mengatakan hanya memerlukan kelas behavior bagi anak
di bawah umur 3 tahun. Kelas speech therapy baru diperlukan bila usia anak sudah melebihi 3 tahun namun masih belum bisa berbicara. Sementara banyak yang menyarankan sang Mommy untuk memasukkan anaknya ke pre-school begitu mencapai usia 2 tahun.
Sharing pengalaman dan pendapat serta saran dari para Mommies dari berbagai penjuru dunia terbagi menjadi dua:
  1. Agar Mommy bersabar menunggu sampai anak berusia 3 tahun, sampai jelas apakah anak memang mempunyai masalah dalam berbicara, baru memutuskan untuk memberikan speech therapy pada anak. Agar jangan buru-buru memberi label speech delay kepada anak, mengingat usianya yang masih di bawah 2 tahun, dan masih terbuka banyak kemungkinan bahwa sang anak tidak menderita speech delay.
  2. Agar Mommy waspada akan kemungkinan speech delay pada sang anak dan segera mencari cara untuk mengatasi permasalahan ini sesegera mungkin. Masalah apapun perlu ditangani secara serius meskipun tetap dengan kepala dingin. Kalau memang memerlukan terapi,sebaiknya sesegera mungkin memberikan terapi kepada anak. Meskipun batas bagi pemberian diagnose speech delay pada anak adalah hingga berusia 5 tahun, namun bila sejak usia 2 tahun segera diterapi, akan lebih memudahkan anak dan terapisnya untuk mencari cara penanggulangan

Senin, 12 November 2012

TERAPI WICARA MEDAN SUMATERA UTARA: SENSORY INFLUENCES AND THEIR MANAGEMENT Part 1

TERAPI WICARA MEDAN SUMATERA UTARA: SENSORY INFLUENCES AND THEIR MANAGEMENT Part 1: Kemampuan sensori memainkan peran yang sangat penting dalam proses perkembangan makan dan minum. Perhatian khusus diperlukan seb...

Tanda Anak Terlambat Bicara

Kompas.com - Kemampuan bicara anak memang berbeda-beda, tetapi sebagian besar tak meleset jauh dari jangka waktu normal perkembangan usia anak.

Bila Anda mencurigai adanya keterlambatan bicara pada si kecil, misalnya melewati beberapa minggu atau bulan dari jangka waktu, konsultasikan kepada dokter. Mungkin itu bukan hal yang perlu dikhawatirkan, tetapi mengenali dan melakukan intervensi sedini mungkin bermanfaat besar untuk perkembangan kemampuannya di masa datang.

Anda perlu was-was jika di usia ini anak belum memiliki kemampuan:

Usia 12-18 bulan

- Di usia 12 bulan anak belum menggunakan bahasa tubuh seperti melambai atau menggelengkan kepala.

- Di usia 12 bulan anak belum memakai kata-kata konsonan seperti p atau b.

- Di usia 15 bulan ia tidak mengerti dan merespon kata sederhana seperti "tidak".

- Di usia 15 bulan anak belum mengerti sedikitnya satu atau tiga kata.

- Di usia 15 bulan anak belum mengucap kata "mama" atau "papa".

- Di usia 18 bulan anak belum bisa mengucapkan sedikitnya 15 kata.

Usia 19-24 bulan

- Di usia 19 bulan ia belum menunjuk hal yang menarik perhatian, seperti burung atau pesawat di langit.

- Di usia 20 bulan ia belum mampu membuat sedikitnya 6 suara konsonan.

- Di usia 21 bulan ia tidak merespon petunjuk sederhana atau bermain pura-pura dengan boneka atau mobilannya (misalnya menyisir rambut boneka).

- Di usia 24 bulan ia tidak bisa mengenali nama-nama gambar di buku atau tidak tahu fungsi benda di sekitar rumah seperti sikat gigi, telepon, atau sendok.

- Di usia 24 bulan ia belum bisa menggabungkan dua kata dan orangtua tidak memahami apa yang diucapkannya.

Usia 2 - 3 tahun

Di usia ini waspadai jika anak belum bisa menggunakan dua kalimat sederhana, tidak dapat menamai sedikitnya tiga bagian tubuh, tidak pernah bertanya, kesulitan mengikuti bagian lagu sederhana, serta tidak mampu membedakan perintah sederhana. Waspadai juga jika di atas usia 3 tahun orangtua masih belum memahami ucapan anak.

Paradoxical Vocal Fold Movement (2)

Kebetulan, akhir tahun lalu, Saya berkesempatan menangani klien dengan kelainan tersebut. Dari hasil diskusi dengan senior-rockstar yang mumpuni pengalaman menangani kasus-kasus suara, Saya dibimbing untuk menangani kasus tersebut. Akhirnya, kesimpulan Saya mengenai penangan kasus tersebut antara lain: (1) klien mampu melakukan pertolongan pertama pada dirinya sendiri pada saat terjadi serangan kesulitan bernafas/rasa tercekik di leher. Untuk bisa melakukan hal ini, klien memerlukan bimbingan “pada gerakan apa gerakan adduksi pita suara terjadi paling maksimal”. Untuk melakukan hal ini memang cukup menantang, mengingat keterbatasan peralatan yang bisa menunjang penilaian objektif pada saat melakukan proses eksplorasi gerakan adduksi pita suara. (2) klien bisa memahami bahwa kondisi ini disebabkan oleh tingginya kadar asam lambung, sehingga masih diperlukan treatment secara medis untuk menangani gangguan pencernaannya. (3) Tentu saja, pemulihan suaranya, dan ini berkaitan langsung dengan keterampilan (Saya) sebagai Terapis Wicara.
Seperti apa yang dikatakan (almarhum) dosen-rockstar Saya, bahwa metode paling ampuh untuk menangani hampir seluruh kasus suara adalah metode pushing-approach yang sangat populer di kalangan terapis wicara itu, maka yang Saya berikan adalah metode yang sama dengan berbagai penyesuaian (Imagery Pushing Approach). Dan sebelumnya sudah dilakukan teknik-teknik lain untuk menunjang keberhasilan terapi suaranya.

Paradoxical Vocal Fold Movement

Paradoxical Vocal Fold Movement

Sebuah kondisi dimana gerakan pita suara terjadi sebaliknya. Contoh; saat kita menarik nafas seharusnya pita suara terbuka, tetapi yang terjadi pita suara menutup, sehingga ciri kondisi ini adalah adanya rasa tercekik pada saat menarik nafas.
Umumnya, kondisi ini terjadi pada individu yang gemar berolahraga. Terutama karena kebiasaan mengonsumsi jenis makanan tertentu yang membuat tubuh cepat melakukan metabolisme tanpa memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. Kebiasaan ini lama-kelamaan akan memicu kadar asam lambung semakin tinggi, dan inilah penyebab dari terjadinya paradoxical vocal fold movement… Soo, buat yang hobi olahraga, sebaiknya tetap memperhatikan asupan gizi yang juga aman buat kesehatan pencernaannya…

SENSORY INFLUENCES AND THEIR MANAGEMENT part 2

Kemampuan sensori memainkan peran yang sangat penting dalam proses perkembangan makan dan minum. Perhatian khusus diperlukan sebelum pemberian terapi intra-oral agar bisa mengurangi asosiasi-negatif yang mungkin dimunculkan oleh anak. Dimana ide-ide terapi pemberian makan harus praktis dan sesuai dengan kebiasaan keseharian keluarga.

Hypersensitivity
 
Kondisi dimana anak menunjukkan reaksi yang berlebihan dari yang diharapkan terhadap stimulus tertentu. Kondisi hipersensitif juga bisa merupakan gangguan primer_tidak selalu merupakan gangguan sekunder akibat kondisi tertentu. Penting bagi terapis dan atau lingkungan untuk mengetahui bahwa reaksi yang ditunjukkan oleh anak (hipersensitif) bisa dipengaruhi oleh rasa takut, aktivitas tertentu, orang, dsb. Kondisi ini disebut dengan defensiveness. Misalnya; salah seorang anak di tempat kami, selalu menarik badannya ke belakang dan menunjukkan ekspresi ketakutan setiap kali melihat vibrator walaupun dalam keadaan tidak menyala (vibrator-off). Bunyi getar vibrator selalu dihubungkan anak dengan pengalaman yang tidak menyenangkan dengan clipper atau pemotong rambut listrik.

Hipersensitif oral ditandai dengan, merapatkan bibir dengan berlebihan, gagging, menarik badannya ke belakang, menutup/memalingkan wajahnya, atau bahkan berteriak histeris. Anak dengan ASD bisa mempunyai kesulitan dalam memodulasi respon yang diterima tubuhnya; contoh, anak menjadi hipersensitif terhadap suara, rasa atau tekstur tertentu. Kita juga harus ingat, bahwa banyak dari sebagian orang mempunyai hipersensitifitas dengan stimulasi tertentu; contoh, seseorang bisa gagging (refleks muntah) ketika mencium aroma durian.

Berikut beberapa contoh aktivitas yang mungkin bisa meminimalisir hipersensitif sebelum dan ketika makan.

  • Lakukan aktifitas yang memberi stimulasi rendah pada vestibular (slow vestibular stimulation); contoh, bermain ayunan dengan lembut, melompat dengan menggunakan gym-ball.
  • Dengan menggunakan tangannya bimbing anak untuk  menyentuh wajah dan mulutnya, gunakan  gerakan yang lembut sehingga tidak menimbulkan reaksi hipersensitif.
  • Lakukan eksplorasi menyeluruh terhadap kemampuan makan anak melalui langkah-langkah yang perlahan agar anak mempunyai pengalaman yang menyenangkan terhadap makan/makanan. Misalnya; pertama hanya melihat mangkuk makanan yang masih kosong dan menyentuhnya, lalu menaruh sedikit makanan-target pada mangkuk, kemudian menyentuhnya. Hal ini memungkinkan anak mempunyai kesadaran bahwa ia mampu mengontrol gerakannya dan mampu mengendalikan reaksi yang mungkin timbul dari tubuhnya. Sehingga pada akhirnya anak mampu dan mau melakukan proses eksplorasi untuk meminimalisir reaksi hipersensitif.
  • Kembangkan kemampuannya mengenal dan memasukkan makanannya ke dalam mulut dalam suasana yang menyenangkan sehingga anak menyukainya.
Hyposensitivity
Kondisi dimana anak menunjukkan reaksi yang sangat kurang dari yang diharapkan terhadap stimulus tertentu. Misalnya; anak tidak menyadari keberadaan makanan di dalam mulutnya. Hal ini bisa mempengaruhi kemampuan mulut seperti batuk, gag-reflex dan refleks menelan menjadi kurang responsif atau bahkan tidak responsif sama sekali. Sehingga bisa meningkatkan resiko terjadinya aspirasi atau tersedak.

Berikut beberapa kondisi yang perlu diperhatikan untuk kondisi hiposensitif
  • Riwayat pemberian medikamentosa, terutama obat anti-konvulsan.
  • Konsultasikan dengan Fisio atau Okupasi Terapis mengenai aktifitas atau latihan yang bisa meningkatkan tonus otot leher atau bahu (penunjang otot postur).
  • Tentukan tipe, intensitas dan frekuensi stimulasi sensori yang akan diberikan, setiap anak mungkin berbeda.
  • Tingkatkan kesadaran dan kemampuan diskriminasi sensasi dengan memberikan stimulus yang bervariasi serta perhatikan gradasi stimulannya agar anak tetap nyaman dan rileks.
  • Eksplorasi kemampuan responsif anak terhadap getaran dari vibrator, mainan, atau sikat gigi elektrik untuk membantu meningkatkan kewaspadaan anak.
  • Tetap perhatikan reaksi anak dan bekerjalah secara bertahap dan lembut untuk meminimalisir reaksi-negatif yang mungkin timbul (defensiveness).

SENSORY INFLUENCES AND THEIR MANAGEMENT Part 1


Kemampuan sensori memainkan peran yang sangat penting dalam proses perkembangan makan dan minum. Perhatian khusus diperlukan sebelum pemberian terapi intra-oral agar bisa mengurangi asosiasi-negatif yang mungkin dimunculkan oleh anak. Dimana ide-ide terapi pemberian makan harus praktis dan sesuai dengan kebiasaan keseharian keluarga.


Oral Sensory Development
Adalah hal mendasar untuk melihat pengaruh dari perkembangan sensori di dalam dan di sekitar mulut pada kemampuan oral-motor.  Bayi baru lahir mengenali kehidupan di luar rahim ibunya melalui mulut. Ia menggunakan kemampuan non-nutritive sucking untuk mengatur, menenangkan  dan mengorganisasi tubuhnya. Pemenuhan kebutuhan nutrisi, menjaga suhu tubuh agar tetap hangat dan pemenuhan akan kebutuhan rasa aman, didapatkan bayi melalui proses pemberian makan. Pada usia sekitar 4 bulan, bayi mengembangkan “nafsu makan” yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan stimulasi pada mulutnya. Ia menggunakan tangan, kaki, makanan, baju dan mainan ke mulutnya untuk melakukan eksplorasi dengan ketertarikan yang tinggi. Gigi pada umumnya erupsi pada usia 6 bulan, dan hal ini mengakibatkan kemampuan feedback sensori lebih lanjut/berkembang juga menimbulkan keinginan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman atau sakit yang ditimbulkan dari proses erupsi gigi. Ketika keseimbangan duduk bayi sudah lebih baik ia menjadi mampu menggerakkan tangannya dengan gerakan yang lebih presisi saat melakukan eksplorasi objek; pada saat ini bayi mengalami perkembangan dari “generalized mouthing” menjadi “discriminative mouthing”  (Morris & Dunn Klein, 2000).

Sensory Processing
Kemampuan sensasi bisa dipengaruhi oleh kerusakan pusat sensori di korteks otak atau sebagai hasil dari abnormalitas tonus otot dan abnormalitas pergerakan yang mengakibatkan terganggunya feedback sensori dan feedforward sensori.
Banyak sekali anak yang mengalami EDD (Eating and Drinking Difficulties) menunjukkan gejala gangguan sensori pada mulutnya; bisa masalah motorik, sensorik atau motorik-sensorik. Derajat gangguan bisa sangat spesifik masalah sensorik hanya pada area mulutnya saja atau gangguan proses sensori yang lebih luas lagi.

The term ‘sensory integration’ describes the brain’s ability to interpret and organize information from the senses on an automatic level for use in a goal directed activity (Ayres, 1979).
1.       Vestibular sensory information (balance and equilibrium)
System vestibular menerima informasi yang berhubungan dengan gaya gravitasi tubuh pada pusat titik berat tubuh (CoG = Central of Gravity). System ini memberitahu kita kapan dan kemana arah tubuh ini akan jatuh atau bergerak, seberapa cepat gerakan yang dihasilkan, bagaimana ritme gerakannya, apa gerakan berikutnya dan kapan harus berhenti. Dan ini memungkinkan kita untuk mengembangkan a sense of place in space.

2.       Proprioceptive sensory information (inner muscle and joint awareness)
Proprioseptik menggambarkan penggunaan informasi dari otot dan sendi untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang posisi tubuh dan pergerakan setiap bagian tubuh (Levitt, 1995). Juga termasuk kemampuan untuk mendeteksi sensasi kental/encernya cairan di dalam mulut, atau berat/ringannya sebuah benda. Menjaga posisi tubuh tetap berdiri atau berbaring juga melibatkan kemampuan proprioseptik. Salah satu indikasi disfungsi proses proprioseptif adalah rigiditas postur tubuh, teeth grinding, dan sering jatuh karena anak tidak mampu menjaga postur tubuhnya (Barnes, 2001).

3.       Tactile sensory information (touch)
Sentuhan termasuk didalamnya merasakan suhu, tekstur, sakit, getaran dan tekanan. Kemampuan membedakan air dingin, hangat dan air panas, atau kain yang kasar dengan kain Kashmir, makanan lunak dengan krispi, dst. Air dingin membantu kita untuk alert, dan coklat hangat membantu kita untuk calming.
Kemampuan taktil meliputi informasi dan proteksi. Aspek informasi sentuhan berfungsi untuk eksplorasi dan pembelajaran. Reaksi proteksi membuat seseorang memutuskan untuk menyerang atau bertahan. Seorang anak mungkin menunjukkan perilaku negative dalam upaya untuk antisipasi terhadap stimulasi yang tidak menyenangkan baginya.

4.       Gustatory sensory information (taste)
Kemampuan rasa (taste) kita menerima dan menerjemahkan rasa manis, asam, pahit dan asin. Dalam perkembangan yang normal, pahit termasuk rasa yang sulit diterima (Harris, 2000). Adalah penting untuk mengeksplorasi dampak rasa pada anak yang mempunyai EDD sehingga bisa digunakan sebagai acuan pada proses terapi.

5.       Olfactory sensory information (smell)
Smell (kemampuan menghidu bau/aroma) merupakan aspek yang penting untuk meningkatkan pengalaman merasakan ke-empat rasa dasar. Kemampuan untuk merasakan (taste) akan sangat berkurang ketika hidung tersumbat akibat flu. Smell merupakan kemampuan sensasi primitif. Yang sangat berpengaruh dan bisa secara cepat membangkitkan pengalaman masa lalu, baik negatif maupun positif. Sangat penting bagi keluarga atau lingkungan untuk mengetahui respon anak terhadap bau yang spesifik agar tidak menimbulkan reaksi yang tidak diharapkan.

6.       Visual sensory information (sight)
Warna dan bentuk bisa menarik perhatian. Dan ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ketertarikan pada makanan, perkakas, dll. Beberapa warna, bentuk dan pola bisa meningkatkan kewaspadaan, seperti pola zigzag berwarna-warni, dimana yang lainnya, seperti pola ombak biru yang lembut bisa menenangkan.

PENDIDIKAN TERAPI WICARA

Terapi Wicara

Dikarenakan beberapa tahun terakhir ini populasi klien yang membutuhkan pelayanan Terapi Wicara seperti : stroke, trauma kepala, anak dengan kebutuhan khusus yang mengalami gangguan bicara atau keterlambatan bicara, seperti ADHD, Autisme, Cerebral Palsy, dll, mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Jumlah Terapis Wicara yang ada di Indonesia saat ini tidak mencukupi bila dibandingkan banyaknya jumlah kasus yang harus ditangani. Jumlah Terapis Wicara yang ada saat ini di Indonesia berjumlah 353 terapis membuktikan bahwa profesi ini masih langka, mengingat rasio terapis wicara dan penduduk Indonesia adalah 1:623.500. Dengan demikian peluang bekerja baik di sektor negeri atau swasta sangat besar. Menyikapi kondisi diatas pada tahun 2006, Politeknik Kesehatan Surakarta dibawah Kementrian Kesehatan R.I membuka program studi baru, yaitu Program D III Terapi Wicara, yang dikelola oleh Jurusan Okupasi Terapi Poltekkes Surakarta.

Pada tahun 2008 Program studi DIII Terapi Wicara resmi menjadi Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta dan menempati gedung baru di Jalan Letjend Sutoyo Mojosongo Surakarta menjadi satu lokasi dengan Direktorat, Jurusan Keperawatan dan Jurusan Akupunktur.
Pelayanan terapi wicara merupakan tindakan yang diperuntukkan bagi individu yang mengalami gangguan komunikasi termasuk didalamnya adalah gangguan berbahasa bicara dan gangguan menelan. Pelayanan terapi wicara ini dilakukan oleh profesional yang telah memiliki keahlian khusus dan diakui secara nasional serta telah mendapatkan ijin praktek dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profesi terapi wicara disebut sebagai Terapis Wicara (Speech Therapist). Pelayanan Terapi Wicara meliputi:
  • Asesmen atau pemeriksaan
  • Pembuatan program terapi
  • Pelaksanaan program terapi
  • Evaluasi program terapi
  • Evaluasi Gabungan (dengan profesi lain)
  • Rujukan ke ahli lain (jika perlu)
Terdapat 5 ( lima ) aspek yang menjadi bidang terapis wicara, yaitu: gangguan artikulasi, gangguan berbahasa, gangguan bersuara, gangguan irama kelancaran, serta gangguan menelan. Program D III Terapi Wicara didukung oleh tenaga pengajar lulusan dalam dan luar negeri, klinisi terapis wicara yang berpengalaman didalam bidangnya serta tenaga pengajar dari profesi lain yang berkaitan dengan bidang terapi wicara.
Terapis wicara dapat bekerja di rumah sakit negeri maupun swasta, klinik stroke, klinik anak dengan kebutuhan khusus, institusi pendidikan/sekolah, institusi rehabilitasi, dan praktek pribadi. Gelar yang diperoleh setelah menyelesaikan program pendidikan ini adalah Ahli Madya Terapi Wicara (Amd.TW).
Pengelola Program Studi D III Terapi Wicara
Ketua Jurusan : Bambang Kuncoro, M.OT
Sekjur            : R. Asto Soeyasmoro, Amd

Fasilitas
Untuk mendukung proses belajar mengajar dan  kegiatan lainnya serta menciptakan lulusan yang siap pakai, selain sarana dan prasarana standar seperti ruang kelas Full AC, ruang dosen, administrasi dan ruang rapat, dll; Jurusan Terapi Wicara menyediakan fasilitas-fasilitas antara lain sbb:
  • Laboratorium Terapi Wicara
  • Laboratorium Pemeriksaan Pendengaran
  • Laboratorium Latihan Bicara
  • Alat Bantu Dengar
  • Fasilitas Olah Raga dan Ibadah

PELAYANAN TERAPI WICARA MEDAN

Layanan Terapis wicara adalah bentuk layanan yang bertujuan untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapi dan mekanis). Sarana elektroterapi yang ada antara lain vital stim untuk melatih otot2 menelan, misalnya pada pasien pasca stroke.   

Untuk di medan sendiri terdapat beberapa tempat untuk pelayanan terapi wicara diantaranya:
1. RSU ESTOMIHI MEDAN
2. RSU Adam Malik
3. RSU Pringadi

Untuk yang melayani ada bebearapa orang terapis.
1. Rismawati Simanjuntak HP : 081396490725
2. Jalu Tambunan
3. Diana


Selasa, 06 November 2012

PELAYANAN TERAPI WICARA






1.       Apa Itu Pelayanan Terapi Wicara
Ø Pelayanan Terapi Wicara, adalah pelayanan kesehatan professional berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi dalam bidang perilaku komunikasi untuk meningkatkan dan memulihkan kemampuan perilaku komunikasi, yang berhubungan dengan kemampuan-kemampuan, bahasa, wicara, suara, dan irama/kelancaran, yang diakibatkan oleh adanya ganguan gangguan/kelainan anotomosis, fisiologi, psikologis, dan sosiologis.
2.      Tugas Pokok Terapis Wicara
Ø Tugas pokok Terapis Wicara, adalah melaksanakan pelayanan terapi wicara demi tercapainya kemampuan komunikasi yang optimal, baik dalam aspek bahasa, wicara, suara, irama kelancaran hingga mampu berkomunikasi secara wajar dan tidak mengalami gangguan gangguan psikososial dalam menjalankan fungsinya sebagai individu, maupun sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
3.      Ruang Lingkup Pelayanan Terapi Wicara
a.      Ruang lingkup pelayanan terapi wicara dilihat dari sifat pelayanannya meliputi
Ø  Promotif
Ø  Preventif
Ø  Kuratif
Ø  Rehbilitatif
b.      Aspek komunikasi dan menelan meliputi
Ø  Aspek wicara
Ø  Aspek bahasa
Ø  Aspek suara
Ø  Aspek irama dan kelancaran
Ø  Aspek menghisap, mengunyah, dan menelan
c.       Dilihat dari institusi kerja yang Menggunakan tenaga terapi wicara:
·         Rumah Sakit
·         Klinik-Klinik
·         Sekolah luar biasa/khusus
·         Sekolah Dasar
4.      Bagaimana Cara Kerja Terapis Wicara?
a.      Pemeriksaan dan Penilaian
Ø  Penilaian perkembangan kemampuan bahasa bicara
Ø  Pemeriksaan dan penilaian kemampuan bahasa.
Ø  Pemeriksaan dan penilaian anatomi dan fisiologi organ bicara dan pendengaran.
Ø  Pemeriksaan dan penilaian kemampuan respirasi untuk kebutuhan bicara.
Ø  Pemeriksaan dan penilaian kemampuan artikulasi
Ø  Pemeriksaan dan penilaian irama kelancaran
Ø  Pemeriksaan dan penilaian kemampuan menghisap, mengunyah, dan menelan.
b.      Penetapan diagnosis terapi wicara dan prognosis, istilah diagnosa dalam terapi wicara.
·         Afasia
·         Disglosia
·         Disartria
·         Dislalia
·         Disaudia
·         Disfonia
·         Dislogia
·         Gagap
c.       Penyusunan program/rencana
d.      Terapi tindakan
Menggunakan metode yang sesuai dengan waktu terapi berkisar 30-60 menit
e.      Evaluasi
Anda membutuhkan pelayanan Terapi Wicara hubungi kami