Kamis, 15 November 2012

BAGAIMANA CARA MENGETAHUI SPEECH DELAY PADA ANAK?

Dari sebuah artikel dari American Association of Family Physician yang dikirimkan oleh seorang Mommy, yang dapat dilihat aslinya pada
http://www.aafp.org/afp/990600ap/990600d.html/Speech,
Kita dapat melihat apakah anak kita sudah dapat melakukan hal-hal sbb:
  1. Mengucapkan perulangan suku kata antara umur 12-15 bulan.
  2. Mengerti kata-kata sederhana ( seperti “tidak” dan “stop”) setelah mencapai umur sekitar 18 bulan
  3. Berbicara dengan kalimat pendek setelah mencapai umur sekitar 3 tahun.
  4. Bercerita mengenai cerita sederhana saat berumur antara 4-5 tahun.
Penyebab timbulnya speech delay pada anak:
  1. Kehilangan pendengaran
  2. Kelambatan perkembangan anak
  3. Mental Retardasi
  4. Penyebab lainnya, a.l: bilingual (memakai 2 bahasa utama di dalam rumah), terlantar secara psikologis (anak tidak mendapatkan cukup waktu untuk berbicara dengan orang dewasa), anak kembar, autis (masalah pada otak), anak tidak mau berbicara, CP/cerebral palsy (kelainan dalam pergerakan tubuh karena kerusakan otak)
Dokter memeriksa kemampuan anak dalam berbicara dan juga memeriksa perkembangan mental anak. Anak juga akan mendapat tes pendengaran untuk memastikan apakah anak mempunyai masalah dengan pendengaran atau tidak. Menurut artikel ini, bila anak ternyata didiagnose dengan speech delay, dokter akan memberikan pengobatan disesuaikan dengan penyebabnya.Kadangkala ada anak yang tidak memerlukan pengobatan, karena beberapa anak hanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mulai berbicara.
Dokter akan menjelaskan penyebab dari speech delay anak, dan menjelaskan cara-cara pengobatan yang dapat memperbaikinya. Seorang speech dan language patologis akan membantu di dalam
perencanaan pengobatan. Ia juga dapat memperlihatkan cara bagaimana membuat anak berbicara lebih banyak dan lebih baik.

Ahli medis lain yang dapat membantu a.l:
audiologis (dokter pendengaran), psikolog (specialis dalam masalah sikap/behavior), okupasional therapis (akan mengajarkan cara mendengar dan membaca bibir ) dan pekerja sosial (membantu masalah keluarga). Dokter keluarga akan merefer kepada ahli yang diperlukan.
Diskusi kemudian berkembang kepada cara-cara menstimulasi anak agar lancar berbicara. Mommies yang menyumbangkan saran baik dari sudut psikologis, kedokteran, maupun sebagai orang tua dari
anak yang mempunyai masalah yang hampir serupa, menyarankan hal-hal sebagai berikut :
  1. Mengetahui apa itu speech delayed (SD) = bandingkan dengan tahapan perkembangan dari ahli (nanti akan dimuat di web infoterapi) atau bandingkan dgn anak seusianya.
  2. SD bisa merupakan indikasi gangguan yang lebih serius: autism spectrum disorder (ASD), keterbelakangan mental, gangguan belajar, dsb. Tetapi bisa juga benar-benar cuma developmental delayed atau keterlambatan perkembangan anak.
  3. Anak SD perlu STIMULASI. Stimulasi bisa diperoleh dari tempat terapi atau dilakukan di rumah. Lebih ideal lagi bila dilakukan keduanya. ENGAGEMENT (keterlibatan emosi, interaksi) adalah hal yang perlu dijalin pertama kali. (Berbeda dengan sistem terapi lama yang menekankan pada kepatuhan). Stimulasi di tempat terapi saja tidak cukup (2-3 jam seminggu). Namun, terapi di rumah saja juga ada kekurangannya orang tua perlu mengetahui cara-cara mendekati anak, materi kurikulum, sarana/alat terapi, dll. Idealnya kedua cara tersebut digabung. Orang tua harus hadir saat terapi (Singapura mewajibkan hadir oang tua saat terapi, tanpa kehadiran orang tua tak ada terapi).Terapi wicara sebenarnya adalah latihan oral motor (bibir, rahang, dsb) di Indonesia masih bercampur antara terapi wicara dengan isi ABA, dan terapi okupasi. Sehingga masih diperlukan supervisi dari
  4. Berbicara tidak sama dengan komunikasi. Cobalah cek apakah anak dapat menceritakan kembali pengalaman yang dilaluinya. Apakah anak dapat mengerti bila dibacakan cerita dan dapat menceritakan kembali dengan bahasa yang sederhana? Bila anak dapat melakukan semua itu, berarti tidak ada masalah dalam pengertian dan kemampuan bicara anak.
orang ke tiga yang akan memantau kemajuan terapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar